Target Usia Maksimal 30 Tahun
Mencoba mengingat kembali waktu itu,, Juni 1999 Tidore Provinsi Maluku (Sekarang Maluku Utara) Hari sudah larut malam, gerimis pun sudah reda, di beranda Stadion Marimoi Kota Tidore. Satu persatu teman teman nongkrong beranjak pulang tersisa sekitar 5 orang yang ngontot melawan ngantuk. Saya ingat saat itu ada kawan Syawal Sanangka, Oman dan beberapa teman teman lain yang semuanya siswa SMA N I Soasio (sekarang Tidore). Percakapan penuh canda mulai serius sampai ngawur sebagai bahan untuk melawan kecemasan pengumuman besok lulus atau tidak. Saat mau bubar, wales (Syawal Sanangka) bertanya dengan ngantuk seakan tidak perlu jawaban. Pat, ente pe cita cita apa? tanya wales tanpa menoleh,saya pun jawab sekena'nya.." jadi orang trus kaweng paling lat usia 30 tahun''. wales pun senyum tanpa menghiraukan jawaban saya. Saya dan Wales yang paling terakhir bubar melawan ngantuk di beranda Stadion Marimoi. Menanti Pengumuman Besok Pagi.
ini Foto Selfie zaman kodak..hehehhe. Doeloe setiap libur entah hari minggu atau hari libur lain pasti di sisipi acara Piknik atau pasiar.
Dalam gambar ini saya (Patra Mokoginta) Paling depan, di tengah ada Junaidi Saleh dan berkacamata kawan Raden Karta Debrata, foto tahun 1998 di dekat benteng spanyol kelurahan Rum Pulau Tidore.
Ini Dokumentasi Persiapan Naik ke Puncak Gunung Tidore ( Kie Matubu ). Masih lugu, polos kece dan keren ..wkwkwkwkw. Dalam Foto ini kawan kawan dari SMA N I Tidore ( Soasio) dari Kiri Bung Muhlis, saya, Almarhum Farjan, adam dan Yusri.
Latar foto perumahan Guru di Kelurahan Tuguwaji depan pohon beringin besar. awal Tahun 1999. Sejak Sekolah saya termasuk kategori cinta alam. Senang bertualang dengan perahu di lautan dan gembira mendaki gunung, menghirup udara segar pegunungan. Berpetualang ke Puncak Gunung menjadi agenda non formal untuk anak anak tidore. Jadi guyonan kalangan anak muda Tidore bahwa Layak di sebut anak Tidore Jika Tahu Berenang dan "Ba Tobo",pernah bertamu ke Tete' Sohi, Pernah Tidur di puncak gunung Kie Matubu, Pernah keliling / Tawaf Pulau Tidore dengan jalan kaki atau perahu tradisional. Dan saya telah melakukan itu semua. Hal Petualang di alam ini baik laut maupun Rimba sungguh menyenangkan dan alhamdulillah spirit ini terjaga saat masuk ke fakultas Kehutanan UDK di Kotamobagu.
Hari yang di tunggu tunggu pun tiba, pengumuman kelulusan sekolah. Bulan Juni 1999. Himbauan Guru guru lewat pengeraas suara agar tida ada yang melakukan coret coret baju seragam bahkan ancaman ijazah tidak akan di berikan di sambut dengan sorakan : SAYA !!! yang artinya iya dalam bahsa kesopanan Tidore. Hanya 10 Menit,, yah sekitar 10 menit kemudian,apa yang terjadi? lihat saja foto ini.. hahahaha, bukannya tidak menghormati bapa ibu guru tapi aksi saling baku coret ini, entah sejak kapan dan siapa pelaku pertama tapi faktanya bagai kerasukan massal terjadwal, serentak seantero indonesia pasti tiap tahun kelulusan ada aksi ini.
Meluapkan kegembiraan saat lulus sekolah dengan aksi coret baju bukanlah suatu kenakalan tapi murni kegembiraan. choy, ini menyenangkan. hanya terjadi sekali seumur hidup. Saat ambang akhir masa remaja menuju dewasa.
dalam foto ini ada kawan wales ( Syawal Sanangka) Nursiah wabula, ona dan lain lain. latar foto entah di mana ini, swering Ome kah, atau swering Rum atau mungkin di Tumolou saat balik dari Rum, saya agak lupa yang saya ingat Kitorang bergembira sangat saat itu. Singkat Cerita kami pun Lulus dan resmi menyandang gelar Alumni SMA N I Soasio Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku. Saat papan nama sekolah pun telah berubah seiring pemekaran di daerah Maluku. Sekolah ini sekarang bernama SMA N I Tidore, Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Marimoi Ngone futuru, Tidore Majang.
Dan hari pun berlalu, Saya kembali ke kampung halaman Bolaang Mongondow tepatnya di Kotamobagu, yang saat tiba pertama kali Terasa seperti di tanah rantau, yang kedengaranya lucu bagi marga Mokoginta, lha Kotamobagu dianggap tanah rantau? hehehe bukan, cuma terasa saja maklum, sejak kecil biasa bermain di 'paka paka ombak', suasana kepulauan eh sekarang tinggal di daerah lembah pegunungan jauh dari pantai. tapi cita cita agak ngawur saat berada di pulau tidore masih terngiang, "jadi orang deng kaweng maksimal usia 30 tahun''.. tapi khusus usia kawin bukan target tayang hanya dalam bentuk harapan, artinya mengalir sambil memilih mana yang terbaik, bukan asal tadah. ingat bukan asal tadah..hehehe.
Di tanah Totabuan ini, dengan Kuliah di fakultas kehutanan UDK suasana keakraban layaknya anak SMA dulu terasa, dengan gaya yang agak dewasa, berdiri sama tinggi duduk sama rendah ciri khas anak anak Kehutanan. Kawan rasa saudara. estafet rokok, puluhan orang minum di gelas yang sama tanpa risih, sangat menyenangkan. Aapalagi bagi saya pribadi yang biasa hidup di 'paka paka ombak' pasti akan 'mangkage' dengan suasana hutan rimba dan pegunungan, amazing!!!. Pertemanan Sejati. Gambar ini saat praktek di kawasan hutan di wilayah Bolaang Mongondow, Teaptnya Desa Tapa Aog. sudah capeek tapi masih kereen.
Fakultas Kehutanan itu sangat menyenangkan, Tidak percaya? lihat saja ekspresi anak anak kehutanan ini ! ada kejadian apa sampai kelihatan gembira seperti ini? gini ceritanya... kami baru melewati jalur ekstrim dan berbahaya tanjakan terjal di sampingnya jurang ratusan meter dan kenderaan nyaris tergelincir, lha kok gembira? iyalah, namanya Juga Rimbawan, tantangan seberat apapun di anggap keren dan menyenangkan. heheh.
Gambar Mahasiswa Fakultas Kehutanan UDK Kotamobagu dengan Latar Pegunungan jalur Tonsile.
Dan waktu berjalan terus target prioritas untuk 'jadi orang' terus terpatri. lulus kuliah cari kerja cari hidup tebar pesona. Nah Tebar Pesona ini yang keren, kerja keras tapi romantis choy. hahaha.
Tanggal 4 Juli Tahun 2004, sudah ada kandidat tambatan hati. Mahasiswi Fakultas Ekonomi UDK, Ewis biasa di sapa EY. Etnik Bolangitan dari klan Pontoh. Yang Budayanya mirip dengan Mongondow. Dan terus proses saling belajar pribadi masing masing, proses yang memakan waktu 7 tahun lamanya hingga tekad pun bulat, Insya Allah inilah pilihan terbaik.
Juni 2011 sebulan lagi sudah bukan usia 30 tahun. Dengan segala proses yang di lewati bertahun tahun Tak terasa saya sudah berada dalam iring iringan mobil rombongan keluarga menuju desa Langi yang kemudian lanjut ke Desa Ollot. Lha ngapain? Nikah choy !! hehehe.
10 Juni 2011 di mulai prosesi akad Nikah, setelah beberapa bulan sebelumnya acara terang suara sekaligus lamaran dengan suasana adat Bolangitan.
Alhamdulillah, Saat yang di tunggu tunggu pun tiba, Prosesi akad nikah di mulai pada Hari Jumat Tanggal 11 Juni 2011 ba'dah Isya berlangsung di Desa Olllot Kecamatan Bolangitan Barat. Dengan Calon mempelai Wanita tercinta bernama EWIS PONTOH Bin Suldin Pontoh. Nampak dalam gambar pembacaan Doa sebelum akad Nikah yang di pandu oleh Imam dan tetua adat Desa Ollot Bolangitan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Dan Kami sekeluarga Pun di dampingi tetua adat Bolangitan dari Desa Langi. Pernikahan secara Islam beradatkan Bolangitan.
Pembacaan Ijab qabul dengan wali kak Novi Pontoh atau Opi yang biasa di sapa papa randa. Papa Randa adalah kakak tertua dari Ey karena di saat akan nikah ayah mertua sedang sakit. Alhamdulilah setelah pembacaan Ijab qabul dan para saksi dan hadirin serentak bersorak SAH !!! Maka Secara Hukum Islam, Secara adat dan secara hukum negara, maka saya.. Patra Mokoginta Bin Basir Mokoginta RESMI menyandang status Suami dari Ewis Pontoh Binti Suldin Pontoh. Saya menyandang Imam dalam keluarga baru ini. Keluarga Patra Mokoginta-Ewis Pontoh.
Gambar prosesi setelah Ijab qabul, di antar oleh wali ke hadapan Isteri tercinta. Salah satu Tanggung Jawab terbesar Suami termuat dalam Alquran surat At Thamrin ayat 6 : '' Hai Orang orang beriman, peliharalah dirimu dan KELUARGAMU dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikta malaikta yang kasar, keras dan tidak pernah mendurkhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang di perintahkan''
Sabtu 11 Juni 2011. Hari yang berbahagia saat menjadi "Raja dan Ratu" sehari. Gambar saat acara Resepsi Pernikahan Kami. Kembali di bacakan biodata kami, penggalannya antara lain :
Mempelai Pria bernama Patra Mokoginta, Shut. Kelahiran Desa Ayong 27 Juli 1980. Anak Ke empat dari Bapak Basir Mokoginta dan Ibu Ragoan Mokodompit dan seterusnya. Dan mempelai Wanita bernama Ewis Pontoh, SE. anak ke empat dari Bapak Suldin Pontoh dan Ibu Teltji Pontoh dan seterusnya.. iya saya dan isteri sama sama anak ke empat dari empat bersaudara alias anak bungsu.
Gambar (Almarhumah) Mama dengan Papa. Papa bernama lengkap Basir Mokoginta Bin Edu' Mokoginta asli Bulud. Papa biasa di sapa sebagai Om Atil, Papa wanda atau Aki Reza. untuk Mama ( Almarhumah), Nama lengkap Mama adalah Ragoan Mokodompit Bin Tuna Mokodompit berasal dari keluarga campuran Gogagoman, Mogolaing dan Ayong Biasa di sapa dengan panggilan Ci Oan, Mama Wanda, Baay Reza ada juga menyapa dengan sebutan Inde'. Alfatiha Untuk Almarhumah Mama terkasih, Semoga Allah menempatkan Mama di Tempat yang mulia. Amin.
Gambar (Almarhumah) Mama dan adik dari Mama yang mewakili papa yang saat itu sedang sakit. Adik dari mama ini biasa di sapa Om Tu Pontoh atau papa didi'. Sedang Papa nama aslinya Suldin Pontoh yang biasa di sapa sebagai Om Ipo atau Papa Nopi. Mama mempunyai nama lengkap Teltji Pontoh berasal dari Desa Ollot. biasa di sapa dengan panggilan Enci' Teltji, Mama Nopi atau Babay Randa. Alfatiha Untuk Almarhumah Mama terkasih, Semoga Allah menempatkan Mama di Tempat yang mulia. Amin.
Gambar Foto Keluarga dari pihak Papa yang berasal dari Bulud dan Manado.
Gambar Keluarga Mama dari Ayong dan Mogolaing
Gambar keluarga Kehutanan dan alumni UDK
Gambar Keluarga dan Undangan
Gambar Tarian Kabela Mongondow. Tarian Kabela di pentaskan setelah rangkain resepsi Pernikahan kami dengan adat dan tradisi Bolangitan. Perpaduan budaya Bolangitang dan Bolaang Mongondow.
Begitulah Pernikahan, Bukan hanya untuk dua orang mempelai tapi dengan pernikahan menyatu dua keluarga besar, Keluarga Mokoginta-Mokodompit dan Keluarga Pontoh-Pontoh. Bahkan adat pun saling menyatu Mongondow dan Bolangitan. dan keturunan kami bagian dari anak anak adat Mongondow dan Bolangitan.
Nasehat untuk keluarga baru kami :
- Kepala Suami harus tegak sendiri,jangan sejajar dengan istri. Karna kepala rumah tangga hanya satu yakni Suami, Jika sudah dua ( sejajar dengan Istri ) maka hilanglah Marwah keluarga. akibatnya akan terjadi cekcok terus hingga perceraian ATAU Suami menjadi apatis dan bertindak dungu.
- Kepala Istri harus sejajar bahu suami. Bahu adalah simbol kehormatan. dengan posisi ini Kehormatan Suami terjaga dan Suami akan berusaha menjaga kehormatannya ( Istri) jiwa dan raganya. apa yang terjadi atau di lakukan isteri berefek ke kehormatan Suami.
Insya Allah denga dua point ini dan di pandu oleh Alquran dan sunnah nya, keluarga akan bahagia sakinah mawardah. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar